TAJUK JAYABAYA
POS - Olok-olok Zulkifli Hasan Menteri Perdagangan tentang bacaan dalam
solat yang tak lagi hendak mengucapkan Amin karena tak hendak dikesankan
mendukung pasangan Capres dan Cawapres Anies Rasyid Baswedan bersama
Muhaimin Iskandar, bukan cuma terkesan kampungan, tetapi mencerminkan
selera humor yang norak, bahkan jadi sangat melukai umat Islam.
Bahkan dalam posisi tahyat pun, kata Zulkifli Hasan, orang yang solat tak lagi hendak memperagakan satu jari telunjuk, sebagai keengganan untuk diidentikkan ingin memilih Capres nomor urut satu, tetapi sekarang, imbuhnya saat solat orang mulai mengekspresikan peragaan pada rangkaian tahyat itu dengan mengacungkan dua jari, untuk meyakinkan bahwa mereka yang solat pun tidak lagi memilih Anies Baswedan bersama Muhaimin Iskandar, karena mereka sudah beralih pilihan pada pasangan Capres dan Wapres nomor dua.
Seloroh Zulkifli Hasan yang ingin menampilkan humor politik ini justru semakin mengesankan kepanikannya sebagai anggota tim sukses dalam upaya untuk mempromosikan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang tidak banyak mendapat dukungan dari masyarakat. Sehingga selera humor murahan pun ikut diumbar. Padahal, selera humor yang norak ini telah melukai hati umat Islam yang semakin kehilangan rasa simpatik kepada capres unggulan yang didukungnya secara membabi buta itu.
Setidaknya dari selera humor yang norak ini, khalayak pun jadi semakin paham bila kualitas intelektual Zulkifli Hasan masih rendah dan perlu banyak belajar untuk menjadi anggota tim sukses yang santun dan elegan dengan kualitas intelektual yang tidak memalukan itu.
Selera humor yang norak dan serampangan ini, sungguh tidak pantas dilontarkan oleh seorang publik figur yang juga bergelar akademis. Sebab bukan hanya akan mempermalukan perguruan tinggi tempatnya memperoleh gelar itu, tapi juga jadi terkesan merendahkan kualitas alumni perguruan tinggi tersebut.
Akibatnya, semua orang pun patut menduga gelar akademis yang disandangnya itu adalah hasil ijon atau dibeli dari pasar loak, seperti tabiat kebijakan perdagangan yang cenderung dibiarkan berkembang di Indonesia sebagai pengikut paham kapitalistik ortodok.
Sebagian umat Islam wajar banyak yang merasa dilecehkan oleh geguyon yang sangat tidak bermutu itu. Karenanya pantas reaksi keras terus bermunculan yang bisa berakibat anjloknya dukungan terhadap capres dan cawapres yang menjadi unggulannya. Dan banyak orang pun semakin menjadi tambah simpati kepada pasangan Capres dan Cawapres Anies Baswedan bersama Muhaimin Iskandar yang menjadi obyek olok-oloknya itu.
Padahal, sikap yang tidak bijak -- hingga membabi buta -- dalam memberi dukungan atau bahkan mengkampanyekan Capres yang diunggulkannya itu, sesungguhnya tidakkah perlu sampai menggadaikan agama apapun yang menjadi keyakinan masing-masing itu. Sebab agama apapun dan agama siapapun tidak boleh dinista dan dilecehkan oleh siapapun juga. Karena itu setiap orang bisa segera menilai kedangkalan dari pengetahuan keagamaan yang bersifat personal dan privat ini. Sebab nilai-nilai keagamaan yang dinistakan ini menjadi sangat sensitif dan sangat menyinggung perasaan umat Islam.
Mungkin agar bisa lebih cerdas dan bijak, Zulkifli Hasan bisa lebih banyak belajar dari tim sukses Capres yang lain. Misalnya seloroh elegan dari tim sukses Ganjar Pranowo bersama Machfud MD ketika hendak menggenjot dukungan suara di Jawa Timur dan sekitarnya. Tanpa mimik wajah yang serius dan culun, Cak Rochim berkata lantang begini :
Bahkan dalam posisi tahyat pun, kata Zulkifli Hasan, orang yang solat tak lagi hendak memperagakan satu jari telunjuk, sebagai keengganan untuk diidentikkan ingin memilih Capres nomor urut satu, tetapi sekarang, imbuhnya saat solat orang mulai mengekspresikan peragaan pada rangkaian tahyat itu dengan mengacungkan dua jari, untuk meyakinkan bahwa mereka yang solat pun tidak lagi memilih Anies Baswedan bersama Muhaimin Iskandar, karena mereka sudah beralih pilihan pada pasangan Capres dan Wapres nomor dua.
Seloroh Zulkifli Hasan yang ingin menampilkan humor politik ini justru semakin mengesankan kepanikannya sebagai anggota tim sukses dalam upaya untuk mempromosikan pasangan Calon Presiden dan Wakil Presiden yang tidak banyak mendapat dukungan dari masyarakat. Sehingga selera humor murahan pun ikut diumbar. Padahal, selera humor yang norak ini telah melukai hati umat Islam yang semakin kehilangan rasa simpatik kepada capres unggulan yang didukungnya secara membabi buta itu.
Setidaknya dari selera humor yang norak ini, khalayak pun jadi semakin paham bila kualitas intelektual Zulkifli Hasan masih rendah dan perlu banyak belajar untuk menjadi anggota tim sukses yang santun dan elegan dengan kualitas intelektual yang tidak memalukan itu.
Selera humor yang norak dan serampangan ini, sungguh tidak pantas dilontarkan oleh seorang publik figur yang juga bergelar akademis. Sebab bukan hanya akan mempermalukan perguruan tinggi tempatnya memperoleh gelar itu, tapi juga jadi terkesan merendahkan kualitas alumni perguruan tinggi tersebut.
Akibatnya, semua orang pun patut menduga gelar akademis yang disandangnya itu adalah hasil ijon atau dibeli dari pasar loak, seperti tabiat kebijakan perdagangan yang cenderung dibiarkan berkembang di Indonesia sebagai pengikut paham kapitalistik ortodok.
Sebagian umat Islam wajar banyak yang merasa dilecehkan oleh geguyon yang sangat tidak bermutu itu. Karenanya pantas reaksi keras terus bermunculan yang bisa berakibat anjloknya dukungan terhadap capres dan cawapres yang menjadi unggulannya. Dan banyak orang pun semakin menjadi tambah simpati kepada pasangan Capres dan Cawapres Anies Baswedan bersama Muhaimin Iskandar yang menjadi obyek olok-oloknya itu.
Padahal, sikap yang tidak bijak -- hingga membabi buta -- dalam memberi dukungan atau bahkan mengkampanyekan Capres yang diunggulkannya itu, sesungguhnya tidakkah perlu sampai menggadaikan agama apapun yang menjadi keyakinan masing-masing itu. Sebab agama apapun dan agama siapapun tidak boleh dinista dan dilecehkan oleh siapapun juga. Karena itu setiap orang bisa segera menilai kedangkalan dari pengetahuan keagamaan yang bersifat personal dan privat ini. Sebab nilai-nilai keagamaan yang dinistakan ini menjadi sangat sensitif dan sangat menyinggung perasaan umat Islam.
Mungkin agar bisa lebih cerdas dan bijak, Zulkifli Hasan bisa lebih banyak belajar dari tim sukses Capres yang lain. Misalnya seloroh elegan dari tim sukses Ganjar Pranowo bersama Machfud MD ketika hendak menggenjot dukungan suara di Jawa Timur dan sekitarnya. Tanpa mimik wajah yang serius dan culun, Cak Rochim berkata lantang begini :
"Ganjar boleh
kalah di Madura, tapi Machfud pasti dan harus menang", kata Cak Rochim
sambil terkekeh-kekeh. Jadi hanya untuk kampanye tidaklah perlu sok
pamer pengetahuan agama yang dangkal itu, seperti Zulkifli Hasan. Resiko
dari kekonyolan itu, mulai Jum'at besok, 22 Desember 2023, aksi demo
umat Islam akan mulai menggeruduk Zulkifli Hasan. Aksi unjuk rasa
terhadap ulah pelecehan terhadap umat Islam ini akibat kepongahan
Zulkifli Gasan akan dilakukan secara bergelombang di berbagai wilayah
dan daerah.
Inilah yang saya khawatirkan, bentuk dari hasrat kampanye yang membabi buta. Sebab akibatnya bukan cuma dapat menurunkan dukungan serta peroleh suara bagi kandidat yang diunggulkan, tapi juga sangat bisa menimbulkan kerusuhan dan insiden yang tidak pernah mampu diperkirakan sebelumnya.
Banten, 22 Desember 2023
Inilah yang saya khawatirkan, bentuk dari hasrat kampanye yang membabi buta. Sebab akibatnya bukan cuma dapat menurunkan dukungan serta peroleh suara bagi kandidat yang diunggulkan, tapi juga sangat bisa menimbulkan kerusuhan dan insiden yang tidak pernah mampu diperkirakan sebelumnya.
Banten, 22 Desember 2023
(Jacob Ereste) JBP
Pemerhati Politik
Tidak ada komentar:
Posting Komentar