JAKARTA, JBP -
Pemerintah berencana untuk mengkonversi penggunaan kompor LPG 3 kg ke kompor
listrik. Dimana Pemerintah melalui Kementerian ESDM saat ini sedang melakukan
uji coba konversi gas LPG 3 kg ke kompor listrik dengan biaya 560 Milyar untuk
300.000 rumah, (24/09/2022).
Uji coba ini dilakukan di tiga kota, yakni Denpasar, Solo, dan Sumatera, dengan
kompor listrik dua tungku dengan kapasitas 1.000 watt. Namun kebijakan ini
mendapat tentangan dari M. Rafik Perkasa Alamsyah Ketua Umum Relawan Aliansi
Masyarakat untuk Nawacita (Al Maun), sebab dinilai merugikan rakyat kecil.
"Rencana pemerintah ini malah akan membebani masyarakatnya. Sebab,
penggunaan kompor listrik cenderung lebih boros ketimbang kompor LPG 3 kg.
Apalagi ditambah beban kenaikan BBM yang dirasakan pelaku usaha dan rakyat
kecil," ujar Rafik sapaan akrabnya saat diwawancarai wartawan senior
Syafrudin Budiman, Jumat (23/09/2022) di Jakarta.
Menurut Rafik yang juga Ketua Umum DPP Ikatan Pemuda-Pemudi Minang Indonesia
(IPPMI) ini, kondisi yang mengharuskan PLN melakukan pemadaman listrik secara
berkala, juga akan mempersulit masyarakat saat memasak. Lain lagi apabila mati
lampu, masaknya bagaimana?.
"Kami keberatan dengan rencana kebijakan tersebut. Jika masyarakat diminta
menggunakan kompor listrik, itu akan membuat konsumsi listrik atau tagihan
semakin membengkak. Sebab, pakai kompor listrik 'makan' watt besar, dan kalau
mati lampu malah tidak efisien," katanya.
Rafik juga menganggap rencana pemerintah ini hanya akan memberatkan kelas
menengah ke bawah. Apalagi, pelaku UMKM, pedagang gerobak keliling atau
pedagang kaki lima (PK-5) harus membeli alat penyimpanan listrik untuk bisa
memasak.
"Kalaupun ada kebijakan konversi gas LPG seharusnya ditujukan untuk kelas
menengah ke atas. Sebab, mereka pasti mampu untuk membayar listrik lebih
banyak. Sehingga bagi rakyat kecil tidak diwajibkan konversi walau kompor akan
diberikan gratis," jelas Rafik.
Rafik menambahkan, bahwa bantuan paket kompor listrik secara gratis kepada 300
ribu rumah tangga akan membebani rakyat kecil. Alasan subsidi penerima paket
kompor listrik ini yang terdaftar di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)
akan menjebak masyarakat.
"Memang paket itu, terdiri dari satu kompor listrik, satu alat masak dan
satu Miniature Circuit Breaker (MCB) atau penambah daya khusus untuk kompor
listrik. Namun nantinya, dayanya akan dinaikan, sehingga rakyat harus bayar
listrik lebih mahal," tukas Rafik menyayangkan kebijakan ini.
*Relawan Al Maun Desak Presiden Copot Menteri ESDM, Menteri BUMN dan Direktur
PLN*
M. Rafik Perkasa Alamsyah Ketua Umum DPP Relawan Aliansi Masyarakat untuk
Nawacita (Al Maun) mengatakan, apabila Menteri ESDM, Menteri BUMN dan Direktur
PLN tidak berpihak kepada rakyat dengan memaksakan konversi gas LPG ke kompor
listrik. Kata dia, lebih baik mundur atau dicopot oleh Presiden.
"Kalau hanya untuk berhemat dan untuk ambil untung dalam urusan listrik,
sebaiknya Menteri ESDM, Menteri BUMN dan Direktur PLN mundur. Kami minta kepada
Presiden Jokowi untuk mencopot mereka, sebab sudah tidak peka pada situasi
masyarakat yang semakin sulit," tegas Rafik.
Menurut Rafik, alasan menyalurkan oversupply dengan harus membayar take or pay
menjadi beban adalah retorika pemerintah. Seharusnya kata Rafik, kalau mau
menggalakkan kompor listrik cukup dengan sosialisasi tanpa harus memaksakan.
"Biar rakyat yang memilih sendiri, apakah mau beralih dari gas LPG ke
kompor listrik? Kalau mau beralih silahkan, jika tidak ya ngak papa. Urusan
over supply pasokan listrik adalah resiko bisnis PLN. Kenapa rakyat yang harus
nanggung?," terangnya.
Kata Rafik, kontrak listrik PLN sendiri memang menerapkan skema take or pay.
Artinya, PLN harus tetap membayar sesuai kontrak meski listrik yang diproduksi
produsen listrik swasta (IPP) dipakai atau tidak. Namun, jangan sampai over
supply ini dibebankan pada negara dengan memberikan kompor listrik, yang
nantinya akan menjadi beban membayar listrik.
"Subsidi kompor listrik untuk ujicoba diberbagai kota dengan 300.000 rumah
saja, sudah memakan biaya 560 Milyar. Bagaimana kalau 20 juta sampai 30 juta
kompor listrik, tentu justru membebani APBN. Hematnya dimana coba, kan
aneh," ucapnya.
Terakhir kata Rafik, seharusnya secara alamiah dan melalui sosialisasi kepada
masyarakat agar beralih sendiri dari gas LPG ke kompor listrik. Sehingga kalau
ada yang mau beralih mandiri akan membantu over supplay daya PLN.
"Selama ini PLN sudah dapat uang dari masyarakat lewat pembayaran
langsung. Bahkan manajemen PLN sudah tertata dengan baik, tinggal meningkatkan
pelayanan dan kapasitasnya. Kalau ada rugi jangan rakyat jadi beban dan jangan
membebani APBN dengan kompor listrik," pungkas Rafik.
Program Kompor Listrik Siasati Kelebihan Pasokan PLN
Sebelumnya, Kamis, (22/09/2022) Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM)
Arifin Tasrif mengatakan, rencana konversi gas LPG 3 kg ke kompor listrik
adalah upaya untuk menyiasati kelebihan pasokan/oversupply listrik PT PLN
(Persero).
"Menyalurkan oversupply, kan kalau oversupply harus
bayar take or pay, ini kan beban" kata dia di Gedung DPR MPR,
Jakarta, Kamis (22/09/2022) dilansir dari CNN Indonesia.
Kontrak listrik PLN sendiri menerapkan skema take or pay. Artinya, PLN
harus tetap membayar sesuai kontrak meski listrik yang diproduksi produsen
listrik swasta (IPP) dipakai atau tidak.
Arifin menjelaskan program kompor listrik ditujukan untuk meningkatkan
permintaan akan listrik. Jika demand naik, serapan listrik pun bisa meningkat.
Apalagi saat ini pemerintah juga tengah mendorong penggunaan kendaraan listrik.
"Jadi kan ini (kompor listrik) uji coba, sekarang motor listrik didorong
supaya bisa masuk, nanti tinggal respons dari pasar, kalau pasar ini responsnya
bagus otomatis demand-nya juga naik," papar Arifin.
Meski tidak menyebutkan jumlah pastinya, Arifin mengklaim oversupply cukup
banyak. Terlebih, masih banyak pembangkit baru yang masuk program pembangkit
listrik 35 ribu megawatt (MW) beberapa waktu belakangan.
"(Pembangkit) yang dalam konstruksi akan susah (dibatalkan), ini akan jadi
tambahan," kata Arifin.
Dalam kesempatan yang sama, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Rida Mulyana
menyebut oversupply listrik PLN mencapai 6 GW di akhir 2022.
Menurutnya, jumlah itu mencakup seluruh Indonesia. Namun, mayoritas di Pulau
Jawa. "6 GW kalau akhir tahun ini. Yang (tahu) persis kan di PLN,"
katanya.
Sebelumnya, Rida menuturkan pemerintah bakal memberikan paket kompor listrik
secara gratis kepada 300 ribu rumah tangga yang menjadi sasaran tahun ini.
Nantinya, rumah tangga penerima paket kompor listrik ini adalah yang terdaftar
di Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS). Paket tersebut terdiri dari satu
kompor listrik, satu alat masak dan satu Miniature Circuit Breaker (MCB) atau
penambah daya khusus untuk kompor listrik.
"Rencananya tahun ini 300 ribu (penerima). Jadi satu rumah itu dikasih
satu paket, kompornya sendiri, alat masaknya sendiri, dayanya dinaikin,"
ujarnya.
Rida menjelaskan harga paket kompor listrik ini sekitar Rp1,8 juta, sehingga
jika sasarannya 300 ribu rumah tangga, maka anggaran yang dibutuhkan tahun ini
sekitar Rp540 miliar.
Meski demikian, Rida mengatakan masih bisa ada perubahan. Sebab, ada masukan
agar data kompor listrik yang dibagikan dinaikkan.
Saat ini, daya yang bakal dibagikan sebesar 800 watt untuk dua tungku. Namun,
ada masukan dari DPR agar dayanya dinaikkan menjadi 1.000 watt.
"Perencanaan awal, sama-sama dua tungku, awalnya 800 watt, sekarang mau
dinaikkan lagi salah satunya 1.000 MW. Jadi biar masaknya lebih kencang
(cepat)," kata Rida.
Jika perubahan daya dilakukan, maka kata Rida akan ada tambahan anggaran untuk
satu paket kompor listrik. Misalnya, saat ini dengan daya 800 watt itu Rp1,8
juta, maka dengan daya 1.000 watt bisa mencapai Rp2 juta per paket.
"Cuma sekarang masih uji coba, ada usulan yang satu tungkunya dirubah
lebih gede. Nah, masih dikalkulasi berapa harganya, harusnya kan enggak Rp1,8
juta lagi, pasti lebih naik, sekitar Rp2 juta lah," tegasnya.
Adapun uji coba konversi LPG 3 kg ke kompor listrik ini tengah dilakukan di
tiga kota, yakni Denpasar, Solo, dan satu lainnya di Sumatra.
*Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo Bandingkan Antara Gas LPG dan Kompor
Listrik*
Sebelumnya Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo membeberkan perbandingan ongkos
masak antara kompor induksi bertenaga listrik dan kompor dengan gas LPG.
Menurutnya, kompor induksi biayanya lebih murah 10-15%.
Darmawan menjelaskan kompor LPG sejauh ini harganya per kg mencapai Rp 4.250
sesuai aturan subsidi yang berlaku, namun dengan berbagai urusan rantai
distribusi harga asli di masyarakat bisa mencapai Rp 5.250 per kg.
Artinya, untuk memasak dengan jumlah energi gas LPG mencapai 1 kg masyarakat
mengeluarkan uang hingga Rp 5.250 per kg.
"Kalau sesuai Kepmen harganya dilepas Rp 4.250. Tentu saja ada rantai
pasok dengan rata rata 5250 rupiah per kg," ungkap Darmawan dalam rapat
kerja dengan Komisi VII DPR, Rabu (14/9/2022) dilansir dari CNN Indonesia.
Nah, dengan kompor listrik harga memasak setara dengan gas LPG 1 kg lebih
murah. Masyarakat cuma mengeluarkan uang Rp 4.530.
"Kami lepas ke masyarakat biaya listrik memasak 1 kg ekuivalen (gas LPG)
adalah Rp 4.530 yang dibayar masyarakat," ungkap Darmawan.
Artinya, bila dibandingkan biaya masak dengan kompor induksi hanya mencapai Rp
4.530 per kg setara gas LPG. Sementara untuk 1 kg gas LPG harganya lebih mahal
di sekitar Rp 5.250.
"Tentu saja dengan gunakan kompor induksi biaya memasak bida lebih hemat
10-15% dibandingkan LPG," papar Darmawan.
Selain itu menurut Darmawan sejauh ini kompor induksi bisa memasak lebih cepat
daripada kompor LPG.
Setidaknya dari hasil pengujian Puslitbang PLN dan Balitbang Kementerian ESDM,
untuk memanaskan air 2,5 liter dari 20 derajat Celcius ke 90 derajat Celcius
kompor induksi bisa melakukannya lebih cepat.
Hasil pengujian itu memperlihatkan kompor listrik dengan tenaga 1.800 watt
dapat memanaskan air dalam waktu 8 menit 47 detik. Sementara, kompor LPG butuh
waktu 10 menit 29 detik.
"Arahan ESDM, dari Ditjen Ketenagalistrikan, kompor induksi (kompor
listrik) harus lebih cepat memasaknya dibanding kompor LPG. Kami perubahan spek
hasilnya kompor induksi 1800 watt bisa lebih cepat, LPG 10 menit, induksi hanya
8 menit," papar Darmawan.
(Budiman SIP) JBP
Minggu, 25 September 2022
Jika Konversi Gas LPG ke Kompor Listrik Dipaksakan, Relawan Al Maun Desak Presiden Segera Copot Menteri ESDM Dan BUMN
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Aksi Tawuran Liburan Nataru di Grogol Petamburan Dibubarkan Polres Jakbar, 13 Remaja Berikut Barbuk Diamankan
JAKARTA, JBP - Pada akhir pekan yang semestinya menjadi waktu bagi warga menikmati libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) ternodai oleh aksi t...
JAYABAYA POS
POSTINGAN TERUP-DATE
-
JAKARTA, JBP - Pada akhir pekan yang semestinya menjadi waktu bagi warga menikmati libur Natal dan Tahun Baru (Nataru) ternodai oleh aksi t...
-
MEDAN, JBP - Satuan Reserse Narkoba Polrestabes Medan memusnahkan barang bukti narkotika jenis sabu-sabu seberat 24.095,31 dan pil ekstasi ...
-
MALANG, JBP – Kepolisian Resor Malang, Polda Jatim, turun tangan dalam insiden kecelakaan lalu lintas terjadi di Jalur Tol Pandaan-Malang, ...
NASIONAL
-
Demo Ratusan Massa di Polda Sumbar, Aliansi Pemuda Minang Minta Polisi Segera Tangkap Nikita MirzaniPADANG, JBP - Ratusan masa demo melakukan aksi damai di depan Polda Sumbar tentang Pernyataan Artis Nikita Mirzani di dalam video TikTok yan...
-
JAKARTA, JBP – Saat ini banyak berita berseliweran terkait dengan masif-nya pengerahan aparat dan Kepala Daerah, untuk mendukung Ganjar ...
-
KABUPATEN BEKASI, JBP - Maraknya pemberitaan tentang "Parkiran Ilegal Pasar Lama Cikarang" di berbagai Media Online menuai tangg...
DAERAH
-
Demo Ratusan Massa di Polda Sumbar, Aliansi Pemuda Minang Minta Polisi Segera Tangkap Nikita MirzaniPADANG, JBP - Ratusan masa demo melakukan aksi damai di depan Polda Sumbar tentang Pernyataan Artis Nikita Mirzani di dalam video TikTok yan...
-
JAKARTA, JBP – Saat ini banyak berita berseliweran terkait dengan masif-nya pengerahan aparat dan Kepala Daerah, untuk mendukung Ganjar ...
-
KABUPATEN BEKASI, JBP - Maraknya pemberitaan tentang "Parkiran Ilegal Pasar Lama Cikarang" di berbagai Media Online menuai tangg...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar